Senin, 12 April 2010

Modul Arc Gis

Sekarang posisi arc gis sudah menggantikan produk esri lainnya yaitu arc view..untuk itu saya akan memberikan tutorial dasar arc gis yang saya download juga dari internet, saya ingin membagikan kepada anda secara gratis

http://hotfile.com/dl/25127822/a55fe2a/12636312.pdf.html

Tahapan Analisis Citra Digital
Analisis citra Landsat secara agenda dapat dikelompokkan atas (Lillesand dan Kiefer, 1990):


1. Pemulihan citra (image restoration)
Merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki citra ke dalam bentuk yang lebih
mirip dengan pandangan aslinya. Perbaikan ini meliputi koreksi radiometrik dan
geometrik yang ada pada citra asli.
2. Penajaman citra (image enhancement)
Kegiatan ini dilakukan sebelum abstracts citra digunakan dalam analisis visual,
dimana teknik penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak kontras
diantara penampakan dalam adegan. Pada berbagai terapan langkah ini banyak
meningkatkan jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara beheld dari data
citra.
3. Klasifikasi citra (image classification)
Terdapat dua pendekatan dasar dalam melakukan klasifikasi citra yaitu
unsupervised classificatiom (klasifikasi tak terbimbing) dan supervised
classification (klasifikasi terbimbing). Klasifikasi tak terbimbing dilakukan
sebelum melakukan cek lapangan, sedangkan klasifikasi terbimbing dilakukan
setelah melakukan cek lapangan dengan panduan klasifikasi titik-titik koordinat
yang telah diambil dari lapangan. Berikut ini dijelaskan mengenai proses
klasifikasi tak terbimbing dan klasifikasi terbimbing.

Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam klasifikasi tak terbimbing mengggunakan software Erdas Imagine 8.5 (Wijaya, 2004):

1. Menentukan jumlah kelas warna citra yang akan diklasifikasi (number of classes)
2. Mengatur kombinasi bandage yang digunakan dalam pengklasifikasian, dala penelitian
ini digunakan kombinasi bandage 5 4 3
3. Mengidentifikasi tiap-tiap kelas warna yang dihasilkan oleh proses klasifikasi
sesuai dengan tipe-tipe penutupan lahan yang telah ditetapkan
4. Menggabungkan kelas warna (recode) yang memiliki tipe penutupan lahan yang sama
5. Pemberian nama dan warna tipe-tipe penutupan lahan (attributing) hasil proses
recode


Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam klasifikasi terbimbing menggunakan software Erdas Imagine 8.5 (Wijaya, 2004):

1. Pengenalan pola-pola spektral yang ditampilkan oleh citra dengan berpedoman
titik kontrol yang diambil pada lokasi penelitian menggunakan GPS
2. Pemilihan daerah (training area) yang diidentifikasi sebagai satu tipe penutupan
lahan berdasarkan pola-pola spektral yang ditampilkan oleh citra
3. Proses klasifikasi citra yang dilakukan secara otomatis oleh komputer
berdasarkan pola-pola spektral yang telah ditetapkan pada saat proses pemilihan
daerah
4. Menggabungkan daerah-daerah yang memiliki tipe penutupan lahan yang sama
(recode)
5. Pengkoreksian citra hasil klasifikasi dengan membandingkannya dengan citra
sebelum diklasifikasi

Resolusi dari sebuah citra adalah karakteristik yang menunjukkan akin kedetailan yang dimiliki oleh sebuah citra. Resolusi didefinisikan sebagai breadth dari permukaan bumi yang diwakili oleh sebuah piksel sebagai elemen terkecil dari sebuah citra. Pada citra satelit pemantau cuaca yang mempunyai resolusi 1 km, masing-masing piksel mewakili rata-rata nilai accuracy dari sebuah breadth berukuran 1x1 km. Bentuk yang lebih kecil dari 1 km susah dikenali melalui angel dengan resolusi 1 km. Landsat 7 menghasilkan citra dengan resolusi 30 meter, sehingga jauh lebih banyak detail yang bisa dilihat dibandingkan pada citra satelit dengan resolusi 1 km. Resolusi adalah hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam rangka pemilihan citra yang akan digunakan terutama dalam hal aplikasi, waktu, biaya, ketersediaan citra dan fasilitas komputasi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas citra untuk aplikasi kehutanan tropis, yaitu:

1. Tutupan awan. Terutama untuk sensor pasif, awan bisa menutupi bentuk-bentuk yang
berada di bawah atau di dekatnya, sehingga interpretasi tidak dimungkinkan.
Masalah ini sangat sering dijumpai di daerah tropis dan mungkin diatasi dengan
mengkombinasikan citra dari sensor pasif (misalnya Landsat) dengan citra dari
sensor aktif (misalnya Radarsat) untuk keduanya saling melengkapi.
2. Bayangan topografis. Metode pengkoreksian yang ada untuk menghilangkan pengaruh
topografi pada radiometri belum terlalu maju perkembangannya.
3. Pengaruh atmosferik. Pengaruh atmosferik, terutama ozon, uap air dan aerosol
sangat mengganggu pada bandage nampak dan infrared. Penelitian akademis untuk
mengatasi hal ini masih aktif dilakukan.
4. Derajat kedetailan dari peta tutupan lahan yang ingin dihasilkan. Semakin detail
peta yang ingin dihasilkan, semakin rendah akurasi dari klasifikasi. Hal ini
salah satunya bisa diperbaiki dengan adanya resolusi spektral dan spasial dari
citra komersial yang tersedia.
Sebelum sebuah citra dianalisis, biasanya diperlukan beberapa langkah pemrosesan awal. Koreksi radiometrik adalah salah satu dari langkah awal ini, dimana efek kesalahan sensor dan faktor lingkungan dihilangkan. Biasanya koreksi ini mengubah nilai agenda amount yang terkena efek atmosferik. Koreksi geometrik juga sangat penting dalam langkah awal pemrosesan. Metode ini mengkoreksi kesalahan yang disebabkan oleh geometri dari kelengkungan permukaan bumi dan pergerakan satelit.

Sabtu, 10 April 2010

Tahapan Analisis Citra Digital

Analisis citra Landsat secara agenda dapat dikelompokkan atas (Lillesand dan Kiefer, 1990):

1. Pemulihan citra (image restoration)
Merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki citra ke dalam bentuk yang lebih
mirip dengan pandangan aslinya. Perbaikan ini meliputi koreksi radiometrik dan
geometrik yang ada pada citra asli.
2. Penajaman citra (image enhancement)
Kegiatan ini dilakukan sebelum abstracts citra digunakan dalam analisis visual,
dimana teknik penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak kontras
diantara penampakan dalam adegan. Pada berbagai terapan langkah ini banyak
meningkatkan jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara beheld dari data
citra.
3. Klasifikasi citra (image classification)
Terdapat dua pendekatan dasar dalam melakukan klasifikasi citra yaitu
unsupervised classificatiom (klasifikasi tak terbimbing) dan supervised
classification (klasifikasi terbimbing). Klasifikasi tak terbimbing dilakukan
sebelum melakukan cek lapangan, sedangkan klasifikasi terbimbing dilakukan
setelah melakukan cek lapangan dengan panduan klasifikasi titik-titik koordinat
yang telah diambil dari lapangan. Berikut ini dijelaskan mengenai proses
klasifikasi tak terbimbing dan klasifikasi terbimbing.

Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam klasifikasi tak terbimbing mengggunakan software Erdas Imagine 8.5 (Wijaya, 2004):

1. Menentukan jumlah kelas warna citra yang akan diklasifikasi (number of classes)
2. Mengatur kombinasi bandage yang digunakan dalam pengklasifikasian, dala penelitian
ini digunakan kombinasi bandage 5 4 3
3. Mengidentifikasi tiap-tiap kelas warna yang dihasilkan oleh proses klasifikasi
sesuai dengan tipe-tipe penutupan lahan yang telah ditetapkan
4. Menggabungkan kelas warna (recode) yang memiliki tipe penutupan lahan yang sama
5. Pemberian nama dan warna tipe-tipe penutupan lahan (attributing) hasil proses
recode

Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam klasifikasi terbimbing menggunakan software Erdas Imagine 8.5 (Wijaya, 2004):

1. Pengenalan pola-pola spektral yang ditampilkan oleh citra dengan berpedoman
titik kontrol yang diambil pada lokasi penelitian menggunakan GPS
2. Pemilihan daerah (training area) yang diidentifikasi sebagai satu tipe penutupan
lahan berdasarkan pola-pola spektral yang ditampilkan oleh citra
3. Proses klasifikasi citra yang dilakukan secara otomatis oleh komputer
berdasarkan pola-pola spektral yang telah ditetapkan pada saat proses pemilihan
daerah
4. Menggabungkan daerah-daerah yang memiliki tipe penutupan lahan yang sama
(recode)
5. Pengkoreksian citra hasil klasifikasi dengan membandingkannya dengan citra
sebelum diklasifikasi

Resolusi dari sebuah citra adalah karakteristik yang menunjukkan akin kedetailan yang dimiliki oleh sebuah citra. Resolusi didefinisikan sebagai breadth dari permukaan bumi yang diwakili oleh sebuah piksel sebagai elemen terkecil dari sebuah citra. Pada citra satelit pemantau cuaca yang mempunyai resolusi 1 km, masing-masing piksel mewakili rata-rata nilai accuracy dari sebuah breadth berukuran 1x1 km. Bentuk yang lebih kecil dari 1 km susah dikenali melalui angel dengan resolusi 1 km. Landsat 7 menghasilkan citra dengan resolusi 30 meter, sehingga jauh lebih banyak detail yang bisa dilihat dibandingkan pada citra satelit dengan resolusi 1 km. Resolusi adalah hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam rangka pemilihan citra yang akan digunakan terutama dalam hal aplikasi, waktu, biaya, ketersediaan citra dan fasilitas komputasi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas citra untuk aplikasi kehutanan tropis, yaitu:

1. Tutupan awan. Terutama untuk sensor pasif, awan bisa menutupi bentuk-bentuk yang
berada di bawah atau di dekatnya, sehingga interpretasi tidak dimungkinkan.
Masalah ini sangat sering dijumpai di daerah tropis dan mungkin diatasi dengan
mengkombinasikan citra dari sensor pasif (misalnya Landsat) dengan citra dari
sensor aktif (misalnya Radarsat) untuk keduanya saling melengkapi.
2. Bayangan topografis. Metode pengkoreksian yang ada untuk menghilangkan pengaruh
topografi pada radiometri belum terlalu maju perkembangannya.
3. Pengaruh atmosferik. Pengaruh atmosferik, terutama ozon, uap air dan aerosol
sangat mengganggu pada bandage nampak dan infrared. Penelitian akademis untuk
mengatasi hal ini masih aktif dilakukan.
4. Derajat kedetailan dari peta tutupan lahan yang ingin dihasilkan. Semakin detail
peta yang ingin dihasilkan, semakin rendah akurasi dari klasifikasi. Hal ini
salah satunya bisa diperbaiki dengan adanya resolusi spektral dan spasial dari
citra komersial yang tersedia.
Sebelum sebuah citra dianalisis, biasanya diperlukan beberapa langkah pemrosesan awal. Koreksi radiometrik adalah salah satu dari langkah awal ini, dimana efek kesalahan sensor dan faktor lingkungan dihilangkan. Biasanya koreksi ini mengubah nilai agenda amount yang terkena efek atmosferik. Koreksi geometrik juga sangat penting dalam langkah awal pemrosesan. Metode ini mengkoreksi kesalahan yang dise

Selasa, 06 April 2010

Overlay Raster Data di Google Earth dan Export Menjadi Web Mapping Serta Background Map GPS Garmin

March 19th, 2010 by EdyPurnomo.net



Jika Anda memiliki citra satelit atau raster data apapun yang sudah memiliki georeference, kini Anda bisa melakukan overlay citra atau raster data tersebut ke dalam Google Earth, export menjadi web mapping dan juga mengubahnya menjadi background map (Custom Maps) di GPS Garmin (seri tertentu) menggunakan free desktop application MapTiler. Contoh hasil overlay di Google Earth tampak pada Peta Geologi Bali diatas. Dibawah ini gambar saat 3D di Google Earth di aktifkan.



MapTiler berjalan dengan baik di Windows, MacOSX & Linux. Desktop application ini mampu membaca beragam raster data seperti GeoTIFF, JPEG2000 (GeoJP2), ECW, MrSID, HFA, BSB etc. MapTiler mampu membuat web mapping yang compatible dengan Google Maps, OpenStreetMap, Yahoo Maps, Bing Maps etc. Hasilnya, bisa dilihat seperti gambar dibawah ini. Pengunjung web mapping bisa membandingkan antara petaoverlay dengan base maps dibelakangnya dengan mengatur transparansinya pada webviewer.



Untuk mempublish raster data Anda, tidak diperlukan setup apapun pada webserver. Cukup copy file dan folder hasil generate dari MapTiler ke dalam webserver Anda.Untuk mengubah raster data menjadi Custom Maps GPS Garmin bisa mengikuti tahapan yang di tunjukkan oleh pembuat software MapTiler ini di blognya http://blog.klokan.cz.

Download Peta Geologi Indonesia Skala 1:250.000

April 5th, 2010 by EdyPurnomo.net


Saya pernah memberikan link download peta geologi Indonesia dengan skala 1:5.000.000 berupa scanning peta cetakan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan data vector garis dengan format dxf (format CAD – interchange file berekstensi dwg). Skalanya bisa dibilang sangat kecil, namun kini Anda bisa mendownloadpeta geologi Indonesia dengan skala 1:250.000.

Peta geologi Indonesia dengan skala 1:250.000 tersebut di sediakan oleh Mas Idung Risdiyanto di blog banyudata.blogspot.com. Atribut peta terdiri dari simbol geologi, umur, formasi, pembawa, mineral dan keterangan. Tidak semua atribut data tersebut lengkap terisi dalam tabel dbf-nya. Guna melengkapinya, maka dapat dilihat dalam dokumen SNI 13-4691-1998 tentang PenyusunanPeta Geologi (link download dokumen tersebut tersedia di blog banyudata).

Saat ini Mas Idung baru mengupload untuk Pulau Jawa dan Sumatera yang di bagi dalam grid-grid. Saya sendiri berharap Mas Idung segera melengkapi hingga seluruhIndonesia. Berikut adalah screenshot layout dan attribute berdasarkan data peta geologi Indonesia tersebut :


Tampilan Layout Peta Geologi Skala 1:250.000


Tampilan Layout Peta Geologi Skala 1:250.000

Download Peta Geologi Indonesia Skala 1:250.000

Modul Tutorial GIS (ArcView dan ArcGIS)

Dalam dunia mapping siapa sih yang tidak kenal dengan ArcView ataupun ArcGIS, rata-rata teman-teman yang pernah berkecimpung di bidang Sistem Informasi Geografi (GIS) pasti pernah mencicipi kedua aplikasi SIG tersebut. Paling tidak, melihat tampilan aplikasi ini sekilas saja, pasti sudah pernah bukan…??.
Dua aplikasi GIS produksi ESRI ini memang memiliki fitur-fitur yang komplit, mulai dari edit, tambah, hapus data spasial ataupun data atributnya sampai dengan tahapan analisa berbasiskan keruangan dan pemodelan permukaan bumi secara digital. Tentunya kita harus merogoh kocek yang cukup mahal untuk mempergunakan kedua produk ESRI ini secara legal, apalagi untuk aplikasi ArcGIS 9.3 wah…pasti harganya membumbung tinggi, dan saya yakin saya tidak akan mampu membelinya.
Akan tetapi tidaklah menutup kemungkinan bagi kita untuk mempergunakan aplikasi GIS secara legal dan opensource tentunya, selain mempergunakan produk dari ESRI. Apalagi sekarang sudah banyak aplikasi GIS opensource yang hadir di lingkungan Sistem Operasi Windows, beberapa aplikasi GIS opensource yang terus berbenah dan dikembangkan antara lain : Grass, QGIS, dan MapWindow.
Kembali tentang modul tutorial GIS, tim dari “GIS Consortium” yang sekarang telah berubah menjadi Yayasan pelaGIS telah menyusun Modul ArcGIS 9.1 edisi bahasa Indonesia, modul ini sebelumnya sudah di publikasikan di milis rsgisforum-net@yahoogroups.com, untuk mengunduh source asli silahkan mengunjungi link ini :
Manual ArcGIS Aceh-Nias GIS Consortium . Hires.pdf
Untuk mirror download silahkan diunduh di sini :
Modul Tutorial ArcGIS (PDF-mirror 1) (6207)
Modul Tutorial ArcGIS (PDF-mirror 2) (3612)

Pengenalan GIS

Seperti bidang geografi, istilah Geographic Information System (GIS) adalah sulit untuk didefinisikan. Ini merupakan integrasi dari berbagai bidang studi. Oleh karena ada kita tidak benar-benar telah disepakati definisi dari GIS (Demers, 1997). A menerima definisi luas dari GIS adalah yang disediakan oleh Pusat Nasional Informasi Geografis dan Analisis:

GIS adalah suatu sistem perangkat keras, perangkat lunak dan prosedur untuk memfasilitasi pengelolaan, manipulasi, analisis, pemodelan, representasi dan menampilkan data georeferensi untuk memecahkan masalah yang kompleks tentang perencanaan dan pengelolaan sumber daya (NCGIA, 1990)

Sistem Informasi Geografis telah muncul di dekade terakhir sebagai alat penting untuk perkotaan dan perencanaan sumber daya dan manajemen. kapasitas mereka untuk menyimpan, mengambil, menganalisa, model dan peta wilayah besar dengan volume besar data spasial telah menyebabkan proliferasi yang luar biasa dari aplikasi. Sistem Informasi Geografis yang sekarang digunakan untuk perencanaan pemanfaatan lahan, manajemen utilitas, ekosistem pemodelan, penilaian lanskap dan perencanaan, transportasi dan perencanaan infrastruktur, analisis pasar, analisis dampak visual, manajemen fasilitas, ketetapan pajak, analisis real estate dan aplikasi lainnya.
Fungsi GIS meliputi:
* entri data
* tampilan data
* manajemen data
* temu kembali informasi dan analisis

Sebuah komprehensif dan mudah cara lain untuk mendefinisikan GIS adalah salah satu yang terlihat di disposisi, di lapisan ( Gambar 1 ), set datanya. "Kelompok peta dari porsi yang sama wilayah, di mana lokasi tertentu memiliki koordinat yang sama di semua peta termasuk dalam sistem". Dengan cara ini, adalah mungkin untuk menganalisis tematik dan karakteristik spasial untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dari zona ini.


Gambar. 1. Konsep lapisan (ESRI)


Aplikasi GIS

pemetaan lokasi
GIS dapat digunakan untuk lokasi peta. GIS memungkinkan pembuatan peta melalui pemetaan otomatis, data capture, dan survei alat analisis.

pemetaan jumlah
Orang peta kuantitas, seperti mana yang paling dan paling tidak, untuk menemukan tempat-tempat yang memenuhi kriteria mereka dan mengambil tindakan, atau untuk melihat hubungan antara tempat. Hal ini memberikan tingkat tambahan informasi di luar hanya pemetaan lokasi fitur.

pemetaan kepadatan
Meskipun Anda dapat melihat konsentrasi hanya dengan pemetaan lokasi fitur, di daerah-daerah dengan banyak fitur mungkin sulit untuk melihat mana daerah memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada yang lain. Sebuah peta kepadatan memungkinkan Anda mengukur jumlah fitur menggunakan unit areal seragam, seperti hektar atau kilometer persegi, sehingga Anda dapat melihat dengan jelas distribusi.

mencari jarak
GIS dapat digunakan untuk mencari tahu apa yang terjadi dalam jarak tertentu dari fitur.

pemetaan dan monitoring perubahan
GIS dapat digunakan untuk mengubah peta di daerah untuk mengantisipasi kondisi masa depan, memutuskan suatu tindakan, atau untuk mengevaluasi hasil dari suatu tindakan atau kebijakan.